Tawuran merupakan pelakuan fisik yang keras, Tawuran
atau perkelahian fisik antar kelompok di dalam masyarakat semakin sering
terjadi. Pelakunya bukan hanya pelajar atau mahasiswa tetapi kelompok mayarakat
tertentu di wilayahnya juga semakin sering. Mengapa justru terjadi pada
kelompok intelektual ? Mengapa sering terjadi di kota Besar dan mengapa di desa
dan kota kecil jarang terjadi ? Apakah hal ini disebabkan karena moral etika
dan etiket manusia kota semakin pudar ?
Permasalahan ini bukanlah fenomena baru di beberapa
kota besar di Indonesia, khususnya Jakarta. Cukup lama dan secara sporadic
terjadi di beberapa wilayah seolah tiada hentinya.
Kenakalan remaja, mahasiswa dan sebagian masyarakat
yang termanifestasikan dalam tindakan tawuran dari waktu ke waktu makin besar
jangkauannya. Awalnya hanya sekedar perkelahian antar sekolah tetapi terus
berkembang menjadi pemerasan , bahkan mereka sudah berani melakukan pembajakan
angkutan umum dan penodongan terhadap masyarakat.
Apabila dilihat dari tindakan yang dilakukan tersebut
dapat digolongkan bahwa perbuatan itu telah mencapai tingkat yang meresahkan
masyarakat yang dalam teori sosiologis oleh Durkheim dianggap sebagai
penyimpangan atau deviance. Deviance terjadi apabila tingkat penyimpangan yang
diasosiasikan terhadap keinginan atau kondisi masyarakat rata-rata telah
melanggar batas-batas tertentu yang dapat ditolerir sebagai masalah gangguan
keamanan dan kenyamanan masyarakat.Dampak terlanggarnya keamanan dan kenyamanan
masyarakat dapat dilihat dalam contoh yang ada dalam masyarakat.
Sebuah contoh nyata adanya seorang anggota masyarakat
lain yan sedang lewat di jalan terkena lemparan batu pada saat terjadi tawuran.
Akibat kejadian ini mata kanan bapak dua anak ini mengalami cacat dan tidak
bisa sembuh sedia kala. Contoh lain seseorang tangan kanannya terluka oleh
senjata tajam akibat melerai tawuran di suatu tempat. Bukan hanya itu tawuran
akan selalu mengancam atau melanggar hak, kenyamanan dan keamanan orang lain
seperti rusaknya fasilitas umum seperti sekolah, kampus, rambu lalu lintas, pos
busway atau pos jalan tol. Berbagai contoh ini sudah cukup membuktikan bahwa
tawuran tersebut harus segera diatasi dan dicari solusinya secepat mungkinuntuk
menghindari adanya korban yang lebih besar lagi.
Kejahatan adalah gejala sosiologis yang harus dihadapi
masyarakat modern yang semakin kompleks. Sehingga, upaya manusia untuk
menghapuskan kejahatan adalah tidak mungkin, karena kejahatan hanya dapat
dikurangi intensitas dan kualitasnya. Pendekatan yang paling tepat adalah
melalui intervensi masalah sosial memperbaiki etika, etiket dan moral pelajar
atau mahasiswa yang semakin pudar . Kondisi ini dapat merupakan pemicu bagi
seseorang atau
kelompok orang yang melakukan tindakan buruk bahkan kriminal seperti perkelahian, tawuran, perampokan, penodongan, penculikan, penipuan, dan lain-lain.
kelompok orang yang melakukan tindakan buruk bahkan kriminal seperti perkelahian, tawuran, perampokan, penodongan, penculikan, penipuan, dan lain-lain.
Faktor Penyebab
Banyak faktor yang berpengaruh dalam penyakit sosial
dan masyarakat tersebut.
Tingkat pendidikan dan intelektual masyarakat bukan jaminan terhindar masalah tawuran dan perkelahian kelompok. Faktanya pelaku tawuran akhir-akhir ini justru di dominasi mahasiswa.
Perubahan dinamika dan berbagai gejala yang ada dalam masyarakat dapat dianalisa sebagai faktor penyebab. Tindakan perkelahian pelajar atau mahasiswa tampak semakin meningkat menjadi tindakan kriminal adalah sebuah penyakit sosial masyarakat yang harus segera ditelusuri sebabnya.
Tingkat pendidikan dan intelektual masyarakat bukan jaminan terhindar masalah tawuran dan perkelahian kelompok. Faktanya pelaku tawuran akhir-akhir ini justru di dominasi mahasiswa.
Perubahan dinamika dan berbagai gejala yang ada dalam masyarakat dapat dianalisa sebagai faktor penyebab. Tindakan perkelahian pelajar atau mahasiswa tampak semakin meningkat menjadi tindakan kriminal adalah sebuah penyakit sosial masyarakat yang harus segera ditelusuri sebabnya.
Buruknya etika dan etiket pelajar dan mahasiswa
mungkin dapat dijadikan faktor utama terjadinya peningkatan masalah sosial
khususnya perkelahian dan tawuran yang ada selama ini. Tampaknya etika dan
etiket masyarakat semakin pudar seiring dengan perkembangan jaman. Buruknya
etika dan etiket dalam masyarakat itu juga merambah pada mahasiswa dan pelajar
yang notabene kelompok masyarakat intelektual. Buruknya etika dan etiket
tersebut mengakibatkan sopan santun, saling menghargai atau kepedulian terhadap
sesama semakin memudar, eksklusivisme kelompok kecil semakin kuat, agresivitas
dan sifat melukai atau merusak fisik dan milik orang lain semakin tidak
terkendali. Etika dan etiket yang buruk akan membuat ketaatan terhadap adat,
budaya dan aturan hukum semakin memudar.
Pergaulan masyarakat modern di perkotaan mengakibatkan
etika dan etiket tidak dijunjung tinggi sehingga mengakibatkan eksklusivisme
kelompok kecil semakin kuat yang akan meningkatkan rasa paranoid dan kecurigaan
terhadap kelompok lain semakin tinggi. Hipotesa ini patut dicurigai karena
masalah tawuran dan perkelahian didominasi oleh masyarakat kota. Hal ini juga
mengakibatkan rasa individualisme dan sifat egoistik semakin dominan yang dapat
menghancurkan rasa persaudaraan komunitas yang luas. Rasa egoistis kelompok
yang tinggi ini mudah saling menghujat dan memperolok kelompok lain.
Semua perilaku sosial yang menyimpang tersebut adalah
bibit utama terjadinya perkelahian remaja dan mahasiswa. Begitu terdapat
seseorang dalam kelompoknya mempunyai masalah kecil dengan kelompok lain maka
semangat ekslusifisme kelompok semakin tinggi. Dengan membabi buta dan paranoid
yang tinggi komunitas dalam kelompok ini akan memusuhi secara emosi psikis dan
fisik terhadap kelompok lain. Parahnya emosi psikis kelompok ini akan sulit
hilang dan dapat terpendam dalam jangka waktu yang sangat lama. Di masa depan
begitu anggota dalam komunitasnya punya masalah seringan apapun dengan kelompok
lain akan menyulut egoisitas kelompok untuk segera bertempur melawan kelompok
lain tersebut.
Bila itu sudah terjadi masyarakat modern yang miskin
etika dan etiket ini tanpa akal sehat dengan tidak memperdulikan aturan sopan
santun adat dan budaya, mengabaikan sikap menghargai kelompok lain, bahkan
aturan hukumpun dilanggar adalah hal yang semakin biasa.,
Bila sopan santun budaya dan aturan hukum dilanggar, maka hak dan kenyamanan orang lainpun pasti dilanggar. Dengan sikap egois kelompok yang tinggi tersebut merasa bahwa di wilayahnya tersebut mereka adalah raja dan semua adalah milik sendiri. Maka perilaku menutup jalan dengan ban bekas, merusak merusak fasilitas umum, dan melukai orang lain di wilayahnya adalah hal yang biasa. Hal ini tergambar bila sekelompok masyarakat misalnya berujar dengan nada ancaman, Tanah Abang daerahku, jangan macam macam bila ada di daerahku bung. Contoh lain tawuran mahasiswa terjadi hanya gara gara mahasiswa fakultas lain memasang spanduk di wilayahnya tanpa ijin.
Bila sopan santun budaya dan aturan hukum dilanggar, maka hak dan kenyamanan orang lainpun pasti dilanggar. Dengan sikap egois kelompok yang tinggi tersebut merasa bahwa di wilayahnya tersebut mereka adalah raja dan semua adalah milik sendiri. Maka perilaku menutup jalan dengan ban bekas, merusak merusak fasilitas umum, dan melukai orang lain di wilayahnya adalah hal yang biasa. Hal ini tergambar bila sekelompok masyarakat misalnya berujar dengan nada ancaman, Tanah Abang daerahku, jangan macam macam bila ada di daerahku bung. Contoh lain tawuran mahasiswa terjadi hanya gara gara mahasiswa fakultas lain memasang spanduk di wilayahnya tanpa ijin.
Etiket dan Etika
Perbedaan antara etika dan etiket. Etika merupakan
falsafah moral yang dilandasi agama, budaya, perilaku mana yang baik dan buruk.
Etiket itu penjabarannya berdasarkan etika. Etiket adalah aturan sopan santun
dan tata cara pergaulan yang baik antara sesama manusia. “Etiket bisa disebut
sebagai golden rules yang menyatakan perlakukan orang lain sebagaimana kamu
yang ingin diperlakukan. Karena itu, orang yang memahami etiket memperlakukan
orang lain dengan baik dan respek, sehingga akan lebih diterima dalam
pergaulan. Sebagai manusia, pasti ingin disukai banyak orang dan berhasil dalam
pergaulan.
Etiket bisa diartikan sebagai rambu-rambu yang
membantu mengetahui apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan
dalam situasi tertentu. Hal utama yang juga menjadi dasar dari etiket adalah
adat-istiadat atau tradisi dari daerah dan negara tertentu. Cara menunjukkan
arah, mengedipkan mata, atau menggeleng di setiap daerah mungkin akan
berbeda-beda dan memiliki makna yang tidak sama.
Prinsip-prinsip dalam etiket selalu tetap, tidak
berubah, bersifat universal, dan tak terbatas waktu dan tempat. Terdapat tiga
prinsip dalam etiket, yaitu respek, empati dan kejujuran. Respek berarti
menghargai orang lain, peduli pada orang lain dan memahami orang lain apa
adanya. Tak peduli mereka berbeda, berasal dari kultur berbeda, atau keyakinan
berbeda.
Sangat penting untuk menunjukkan penghargaan kepada
setiap orang dengan kelebihan, kekurangan, kesamaan dan perbedaan yang ada.
Dengan bersikap respek, kamu berharap, orang lain juga akan respek padamu.
Empati berarti meletakkan dirimu di pihak orang lain. Sebelum bertindak atau
berucap, kamu harus berpikir dulu, apa pengaruhnya bagi orang lain. Bagaimana
bila hal itu diucapkan atau dilakukan orang lain kepadamu. Apakah akan
membuatmu senang atau berang. Pikirkan dulu, jangan sampai tindakan atau
ucapanmu menyinggung dan menyakiti orang-orang di sekitarmu, atau membuat
dirimu terlihat buruk di mata orang lain. Kata-kata dan sikap yang penuh
pertimbangan dan empati, akan membuatmu terlihat bijaksana, dewasa dan
manusiawi
Etiket tidak hanya mengenai cara bergaul yang benar,
tetapi juga menyangkut tentang tentang berkehidupan dengan lingkungan manusia,
alam dan segala isinya termasuk flora dan fauna. Bila berkaitan hubungan dengan
sesama manusia maka komunikasi dan sosialisasi sangat memerlukan etika.
Etika tersebut bisa saja mengenai aturan sopan santun
yang umum, sampai cara ber-gaul yang baik dalam situasi yang spesifik. Etika
juga meliputi komunikasi dengan orang lain, cara bersikap di depan umum, cara
berbusana yang pantas untuk setiap kesempatan. Etiket juga berkaitan dengan
berbagai tata krama dari mulai tata krama menghadiri pesta, bersilaturahmi,
bepergian, mengemudi di jalan raya, sampai tata krama bergaul dengan segala
lapisan masyarakat. Semua itu sangat berguna untuk kehidupan baik di masa
sekarang maupun di masa yang akan datang
Manusia yang memahami etiket akan lebih berhasil dalam
pergaulan. Berinteraksi dengan orang-orang tidak membuatnya sengsara, malah
membuat suasana hati ceria dan akan disenangi semua kalangan. Karena tahu apa
yang harus dan tidak harus dilakukan, tahu apa yang diharapkan dan tidak
diharapkan dari dan oleh orang lain. Dengan bekal etiket yang baik akan mudah
menyesuaikan diri dan diterima oleh siapa pun dan dalam situasi apa pun.
Antisipasinya
Masalah moral dan etika yang luntur akibat modernisasi ini harus segera diantisipasi oleh semua pihak. Semua kelompok masyarakat harus terlibat di dalamnya termasuk peran orangtua, guru, dosen dan tokoh agama, tokoh masyarakat dan institusi pemerintah.
Masalah moral dan etika yang luntur akibat modernisasi ini harus segera diantisipasi oleh semua pihak. Semua kelompok masyarakat harus terlibat di dalamnya termasuk peran orangtua, guru, dosen dan tokoh agama, tokoh masyarakat dan institusi pemerintah.
Pendidikan agama yang baik dan benar memang merupakan
alternatif utama dalam perbaikkan penyakit masyarakat ini. Namun pendidikan
agama yang menekankan etika dan etiket dalam bermasyarakat tampaknya harus
menjadi prioritas. Pendidikan agama yang kuat dengan mengabaikan etika dan
etiket kehidupan bermasyarakat akan sia-sia. Hal ini tampak bahwa pelaku
perkelahian kelompok dan perusakan fasilitas umum dapat terjadi pada komunitas
agama tertentu yang nota bene mempunyai modal ajaran agama yang kuat tetapi sikap
dekstrutifnya tinggi. Bukan berarti agama yang salah atau kelompoknya yang
tidak benar, tetapi bila etika dan etiket dikesampingkan maka perilaku negatif
akan muncul dengan mengabaikan sopan santun, tata krama adat dan budaya bahkan
aturan hukum.
Tampaknya pelajaran etiket dan etika harus menjadi
prioritas mulai dari lingkungan keluarga, sekolah dan dalam masyarakat.
Pembelajaran etika dan etiket mungkin harus dipertimbangkan untuk dimasukkan
dalam kurikulum sekolah.Bila hal ini tidak dimungkin maka topik etika dan
etiket ini dapat dilampirkan dalam pelajaran agama. Karena, masalah etika dan
etiket ini adalah nilai moral universal yang di anut oleh agama apapun di muka
bumi ini.
Di sisi lain pembelajaran etiaka dan etket yang baik bukan sekedar perkataan. Pengajaran terbaik lainnya adalah pemberian teladan dan contoh kehidupan sehari-hari orangtua, guru, dosen dan pemimpin di negeri ini. Bila orangtua, guru, politikus atau pejabat pemerintah bertengkar dan berbeda pendapat tidak beretika di depan anak, siswa dan masyarkatnya maka akan ditiru. Bila orangtua, guru dan pemimpin negeri ini tidak beretika dan beretiket jangan salahkan para pemudanya juga sama. Jadi gambaran buruk perilaku anak muda adalah cerminan perilaku dan pengajaran buruk tentang etika dan etiket orangtua, guru dan para pemimpinya.
Di sisi lain pembelajaran etiaka dan etket yang baik bukan sekedar perkataan. Pengajaran terbaik lainnya adalah pemberian teladan dan contoh kehidupan sehari-hari orangtua, guru, dosen dan pemimpin di negeri ini. Bila orangtua, guru, politikus atau pejabat pemerintah bertengkar dan berbeda pendapat tidak beretika di depan anak, siswa dan masyarkatnya maka akan ditiru. Bila orangtua, guru dan pemimpin negeri ini tidak beretika dan beretiket jangan salahkan para pemudanya juga sama. Jadi gambaran buruk perilaku anak muda adalah cerminan perilaku dan pengajaran buruk tentang etika dan etiket orangtua, guru dan para pemimpinya.
No comments:
Post a Comment