Wednesday 22 June 2016

Malaikat Israfil

alam tulisan sebelumnya, kami telah membahas bahwa dalil yang menyebutkan nama malaikat Israfil sebagai malaikat yang bertugas meniup sangkakala adalah hadits yang dha’if. Yang terdapat dalam hadits yang shahih adalah penamaan malaikat yang bertugas meniup sangkakala dengan sebutan “shahibush shuur” atau“shahibul qarn” (dalam bentuk isim mufrod atau tunggal, yang menunjukkan satu orang malaikat)keduanya bermakna “pemilik, pemegang, atau peniup sangkakala”.
Penyebutan “shahibush shuur” terdapat dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ طَرْفَ صَاحِبِ الصُّورِ مُذْ وُكِّلَ بِهِ مُسْتَعِدٌّ يَنْظُرُ نَحْوَ الْعَرْشِ مَخَافَةَ أَنْ يُؤْمَرَ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْهِ طَرْفُهُ، كَأَنَّ عَيْنَيْهِ كَوْكَبَانِ دُرِّيَّانِ
Sesungguhnya mata ‘shahibush shuur’ sejak diberi tugas (untuk meniup sangkakala pada hari kiamat, pen.) telah bersiap sedia dengan senantiasa memandang ke arah ‘arsy, khawatir kalau (tiba-tiba) diperintahkan untuk meniupnya sebelum matanya melihat kembali (ke arah ’arsy). Kedua matanya bagaikan dua bintang yang bersinar terang.“ [1]
Adapun penyebutan “shahibul qarn” terdapat dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda,
كَيْفَ أَنْعَمُ وَقَدِ التَقَمَ صَاحِبُ القَرْنِ القَرْنَ وَحَنَى جَبْهَتَهُ وَأَصْغَى سَمْعَهُ يَنْتَظِرُ أَنْ يُؤْمَرَ أَنْ يَنْفُخَ فَيَنْفُخَ
Bagaimana aku bisa menikmati (kehidupan dunia, pen.), sementara ‘shahibul qarn’ telah memasukkan sangkakala ke mulutnya, menengadahkan kepalanya, dan memasang pendengarannya untuk diijinkan (meniupnya). Kapan pun dia diperintahkan untuk meniup, maka dia akan meniupnya.” [2]
Terdapat sebuah hadits yang menyebutkan “shahibail qarn”, dalam bentuk isim mutsanna yang menunjukkan “dua orang malaikat peniup sangkakala”. Dari Abu Saíd radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda,
إِنَّ صَاحِبَيِ الصُّورِ بِأَيْدِيهِمَا، أَوْ فِي أَيْدِيهِمَا قَرْنَانِ، يُلَاحِظَانِ النَّظَرَ مَتَى يُؤْمَرَانِ
Sesungguhnya dua orang malaikat peniup (pemilik) sangkakala, atau di kedua tangannya (memegang) dua sangkakala, keduanya memasang pandangannya, kapan mereka berdua diperintahkan (untuk meniupnya).”
Namun hadits dengan lafadz di atas adalah hadits munkar, sehingga tidak boleh dijadikan sebagai dalil. [3]

Dalil Ijma’ tentang Tugas Malaikat Israfil untuk Meniup Sangkakala

Terdapat nukilan ijma’ yang menyebutkan kesepatan ulama kaum muslimin bahwa malaikat Israfil adalah malaikat yang bertugas meniup sangkakala pada hari kiamat. Al-Qurthubi rahimahullah berkata,
والأمم مجمعة على أن الذي ينفخ في الصور إسرافيل عليه السلام
Dan umat (Islam) telah bersepakat bahwa (malaikat) yang meniup sangkakala (pada hari kiamat) adalah Israfil ‘alaihis salaam.” [4]
Di kitab beliau yang lain, Al-Qurthubi rahimahullah berkata,
قال علماؤنا: والأمم مجمعون على أن الذي ينفخ في الصور إسرافيل عليه السلام.
Para ulama kami berkata (bahwa) umat (Islam) bersepakat bahwa (malaikat) yang meniup sangkakala (pada hari kiamat) adalah Israfil ‘alaihis salaam.” [5]
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata,
تنبيه اشتهر أن صاحب الصور إسرافيل عليه السلام ونقل فيه الحليمي الإجماع
Peringatan: telah masyhur (terkenal) bahwa pemilik (peniup) sangkakala adalah Israfil ‘alaihis salaam. Al-Halimi telah menyebutkan adanya ijma’ dalam masalah ini.” [6]
Jika terdapat ijma’, maka ijma’ tersebut adalah hujjah (dalil) yang digunakan sebagai dasar dalam masalah aqidah. Jika tidak terdapat ijma’ dalam masalah ini, maka kewajiban kita adalah diam, tidak mengatakan apa yang tidak dikatakan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alahi wa sallam. Jika menyebutkannya terdapat faidah, maka tentu akan sampai kepada kita dalil tegas dan jelas dalam masalah ini di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. [7]
Ijma’ inilah yang diamalkan oleh para ulama sejak zaman dahulu hingga sekarang ini. Setelah menyebutkan dha’if-nya hadits yang tegas menunjukkan bahwa malaikat yang bertugas meniup sangkakala adalah Israfil [8], Syaikh Ali Hasan Al-Halabi Al-Atsary hafidzahullahu Ta’ala mengatakan,
أمَّا أنَّ صاحبَ الصُّور هو إسرافيل؛ فنقلَ على ذلكَ الإجماعَ غيرُ واحدٍ مِن العُلماء، حتَّى قال الحَريمي: (أجمعَ العُلماءُ على ذلك)، ورأيتُ لبعضِ العُلماء؛ قال: (أجمعتْ جميعُ الأُمم على ذلك). لكن -في الحقيقة-: إذا صحَّ هذا الإجماعُ؛ فنحنُ قائِلون به؛ لا نخرجُ عن إجماعِ الأُمَّة، وبخاصَّة: أنَّنا رأينا كثيرًا مِن علماءِ أهلِ السُّنَّة الماضِين والمتأخِّرين والمُعاصِرين يَقولون بِذلك، ويأخذونَه مأخَذ المُسلَّمات، لا يُناقِشون فيه، ولا يَتردَّدون في ذِكره. بينما -في الحقيقةِ- لم يصحَّ حديثٌ صريحٌ في هذا الموضوع، ليس هنالك حديثٌ صريحٌ -أو صحيحٌ- واحد.
Adapun bahwa ‘shahibush shuur’ adalah Israfil, maka para ulama telah menukil adanya ijma’ dalam masalah ini. Sampai-sampai Al-Harimi berkata,’Para ulama telah bersepakat dalam masalah ini.’ Dan aku melihat sebagian ulama berkata,’Seluruh umat telah bersepakat dalam masalah ini.’ Akan tetapi pada hakikatnya, jika benar (klaim) ijma’ ini, maka kami pun mengikutinya. Kami tidak keluar (menyelisihi) ijma’ umat ini, khusunya ketika kami melihat banyak ulama ahlus sunnah pada zaman dahulu dan zaman sekarang, mengatakan hal ini (bahwa Israfil adalah malaikat yang bertugas meniup sangkakala, pen.). Mereka mengambil sikap menerima kesepakatan ini, tidak menentangnya, dan juga tidak ragu menyebutkannya. Meskipun pada hakikatnya, tidak terdapat hadits tegas dalam masalah ini, tidak terdapat satu pun hadits tegas dan shahih dalam masalah ini.” [9]
Sebagaimana penjelasan Syaikh Ali Hasan di atas, maka kita jumpai ulama dahulu dan sekarang yang tanpa ragu menyebutkan bahwa Israfil adalah malaikat yang bertugas meniup sangkakala pada hari kiamat. Contoh ulama ahlus sunnah saat ini adalah Syaikh Dr. Shalih Al-Fauzan hafidzahullahu Ta’ala dalam penjelasan ringkas beliau terhadap matan kitab Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyyah, beliau berkata,” … Kemudian Allah memerintakan Israfil, maka Israfil meniup sangkakala untuk ke dua kalinya, maka kembalilah ruh kepada jasadnya masing-masing.“ [10, 11]
Demikian pula Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah ketika menjelaskan tentang tugas para malaikat, beliau rahimahullah menyebutkan,
ثانياً: إسرافيل: موكل بنفخ الصور, وهو أيضاً أحد حملة العرش.
Yang ke dua (adalah malaikat) Israfil, yang diberi tugas meniup sangkakala, dan dia juga salah satu malaikat yang memikul ‘arsy.” [12]
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah menyatakan bahwa malaikat Israfil juga bertugas memikul ‘arsy. Dalil mengenai masalah ini adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Jalaluddin As-Suyuthi, dari sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إن ملكا من حملة العرش يقال له: إسرافيل، زاوية من زوايا العرش على كاهله، قد مرقت قدماه في الأرض السابعة السفلى، ومرق رأسه من السماء السابعة العليا
Sesungguhnya seorang malaikat dari malaikat yang memikul ‘arsy disebut dengan Israfil, yang memikul ‘arsy di atas tengkuknya. Kedua telapak kakinya menghujam ke dasar bumi yang tujuh, sedangkan kepalanya menjulang tinggi di atas langit yang tujuh.”
Namun, hadits yang diriwayatkan oleh As-Suyuthi ini statusnya dha’if [13], dan kami belum mengetahui jika ada dalil lain yang shahih dalam masalah ini. Wallahu a’lam.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian kami dalam bagian ini dan juga pada bagian sebelumnya, maka dapat kita simpulkan beberapa poin penting berikut ini:
  1. Hadits yang menunjukkan bahwa malaikat yang bertugas meniup sangkakala adalah malaikat Israfil, maka hadits tersebut dha’if, tidak bisa digunakan sebagai dalil.
  2. Hadits yang shahih menunjukkan bahwa malaikat peniup sangkakala disebut dengan “shahibush shuur” atau “shahibul qarn” (dalam bentuk mufrod atau tunggal, yang menunjukkan satu orang malaikat).
  3. Hadits yang shahih menunjukkan bahwa malaikat Israfil bertugas untuk mengurus dan membantu pasukan kaum muslimin di medan jihad melawan musuh-musuh Allah.
  4. Namun, terdapat nukilan ijma’ yang menunjukkan bahwa malaikat yang bertugas meniup sangkakala pada hari kiamat adalah malaikat Israfil. Ijma’ inilah yang masyhur dan diamalkan oleh para ulama ahlus sunnah, baik ulama zaman dahulu maupun zaman sekarang, sebagaimana penjelasan Syaikh Ali Hasan Al-Halabi Al-Atsary hafidzahullah. 

No comments:

Post a Comment