Thursday 23 June 2016

Kisah Orang Majusi


6449
Di antara bentuk kebodohan manusia yang paling dungu adalah mengabdikan diri (melakukan penyembahan) kepada sesuatu yang tidak bisa memberikan manfaat ataupun menghilangkan keburukan dari diri yang disembah itu. Jika terhadap dirinya saja tak kuasa membela, bagaimana mungkin bisa melindungi orang yang menyembahnya?
Inilah di antara argumen amat telak yang diajukan oleh Nabi Ibrahim ‘Alaihis salam kepada para penyembah patung di masanya. Selain tak kuasa memberikan manfaat atau menghalau keburukan, sesembahan itu sama sekali tak berdaya untuk sekadar makan, minum, bergerak, atau beraktivitas. Sebab, mereka merupakan benda mati.
Di antara mereka ini adalah para penganut Zoroaster. Penyembah api. Kelompok sesat ini bermula dari bangsa Persia. Mereka menamakan diri sebagai Majusi. Mengapa mereka memilih api sebagai sesembahan? Bukankah terdapat banyak benda lain yang bisa dijadikan ‘tuhan’?
“Cahaya tuhan,” menurut mereka, “memancar pada setiap benda yang bercahaya.” Maka, mereka memerintahkan para pengikutnya untuk senantiasa menghadapkan diri kepada matahari di siang hari, atau api di malam hari.
Itulah cara peribadahan mereka. “Menurut mereka,” demikian simpul Abul Hasan Ali an-Nadwi, “cahaya merupakan lambang tuhan.” Selain itu, mereka juga menyerukan kepada penganutnya agar tidak mengotori empat unsur; api, udara, air, dan tanah.
Seiring berlalunya zaman, Zoroaster ini lenyap. Namun, para pendeta-pendeta mereka senantiasa melarang masyarakat untuk menggunakan api. Alhasil, mereka hanya bekerja sebagai petani atau berdagang yang tidak melibatkan api di dalamnya.
Seiring berlalunya masa, berdirilah banyak kuil. Di dalamnya ada tungku khusus sebagai tempat yang senantiasa menghasilkan api. Tungu itulah yang senantiasa dijaga, agar apinya tidak padam. Dalam kurun masa tertentu, semua penyembahan di Persia lenyap, kecuali hanya kepada api.
Duhai, betapa ini merupakan kebodohan yang akut. Bagaimana ceritanya menganalogikan cahaya api sebagai salah satu wujud tuhan sehingga disembah? Jika sepicik itu, tidakkah mereka memahami bahwa api bisa sertamerta mati ketika disiram dengan air?
Dan jika terjadi kebakaran, apakah maknanya tuhan mengamuk sehingga melahap semua yang menghalanginya?
Mahasuci Allah Ta’ala dari segala jenis perbuatan syirik. Segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah kurniakan hidayah Islam kepada kita. Semoga kita istiqamah hingga akhir hayat.

No comments:

Post a Comment