Kaum Nasrani ialah kaum pengikut Nabi Isa as. Namun, yang membawa agama Nabi Isa as di Najran bukanlah Nabi Isa sendiri melainkan pengikut setianya yang bernama Faimayun.
Faimayun ialah sosok yang zuhud, rajin beribadah, dan doanya sangat mustajab. Ia hidup berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah lain. Ia menghidupi dirinya dari penghasilannya sebagai tukang bangunan. Setiap hari Ahad tanpa diketahui orang-orang ia pergi ke gurun untuk beribadah. Perilakunya yang baik dan tutur katanya yang lembut telah menarik simpati penduduk pada setiap daerah yang ia singgahi.
Pada hari ahad, seperti biasa Faimayun pergi ke gurun untuk beribadah. Tanpa ia ketahui seseorang yang simpati kepadanya diam diam mengikuti dan menyaksikan Faimayun sedang beribadah. Beberapa saat kemudian, orang yang bersembunyi di balik pohon tersebut melihat sesuatu yang aneh. Tiba-tiba ada seekor ular besar yang mendekati Faimayun. Melihat ular besar itu Faimayun segera berdoa. Ajaib ular itu mati seketika. Orang yang sejak tadi mengintip dari balik pohon tidak mengetahui bahwa ular tersebut telah mati. Ia kemudian berteriak, "Faimayun awas ada ular mendekatimu"
Sadar ada yang membuntuti Faiamayun menoleh, "Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Faimayun kepada orang itu.
"Ketahuilah, sesungguhnya aku mencintaimu. Aku ingin bersamamu ke mana pun engkau pergi" jawab orang itu.
"Terserah... aku yang seperti yang engkau lihat. Kalau kau sanggup mengikutiku, aku senang"
Demikianlah Faimayun dan orang itu melakukan persahabatan sejati. Semua penduduk desa itu tahu bahwa Faimayun adalah orang saleh dan bertakwa. Jika kebetulan ia melihat seseorang menderita penyakit, Faimayun segera berdoa dan ajaib orang tersebut langsung sembuh. Tetapi, Faimayun tidak pernah mau jika secara sengaja diundang untuk menyembuhkan orang sakit atau mengalami penderitaan.
Salah seorang penduduk di desa itu memiliki anak buta. Ia tahu bahwa Faimayun tidak mau di undang untuk menyembuhkan orang lain. Ia kemudian membaringkan anaknya di kamar dan menutupnya dengan selimut. Ia kemudian menemui Faimayun, "Faimayun, aku tahu bahwa kau bekerja sebagai tukang bangunan. Aku membutuhkan jasamu untuk memperbaiki rumahku. Mari kita ke sana, sehingga kau dapat menentukan bayaran yang kau inginkan untuk perbaikan itu."
Tanpa banyak bicara, Faimayun segera memenuhi ajakan itu. Setibanya di rumah yang di maksud, orang itu segera mengajak Faimayun ke kamar anaknya. "Bagian mana yang harus ku perbaiki?" tanya Faimayun
"Aku ingin engkau membangun tembok tinggi sehingga tetangaku tidak mampu melihatku dari sudut itu" Sembari berkata demikian orang itu membuka selimut yang menyelimuti anaknya. "Faimayun, salah seorang hamba Allah mengalami nasib seperti yang engkau lihat, berdoalah untuk kesembuhannya"
Tanpa bisa mengelak, Faimayun mendekati anak itu. Ajaib! Anak itu bisa melihat, sehingga ia bisa berjalan dengan sempurna. Faimayun sadar penduduk desa itu telah mengetahui kelebihannya. Akhirnya, ia memutuskan pergi bersama pria saleh yang membuntutinya sampai ke gurun.
Saat dalam perjalanan, tiba-tiba terdengar suara yang memanggilnya, "Faimayun, sudah lama aku menunggumu. Setelah mendengar suaramu aku tahu bahwa kesempatan yang ku tunggu telah tiba. Ku minta agar engkau tidak pergi sebelum kau menyelesaikan tugasmu untukku"
Tidak lama selesai mengucapkan kata-kata itu, orang tadi mati. Praktis, Faimayun dan sahabatnya harus memandikan, mengkafani dan menguburkan orang tersebut. Setelah selesai Faimayun meneruskan perjalanan hingga tiba di suatu desa di kawasan Arab. Ia bertemu dengan segerombolan bandit dan ditawan bersama sahabatnya. Gerombolan bandit ini menjadikan Faimayun dan sahabatnya sebagai budak dan menjualnya di Najran.
Di Najran, yang memerintah saat itu ialah Dzu Nuwas. Penduduk Najran saat itu gemar menyembah berhala. Mereka menyucikan pohon kurma yang amat besar. Setiap tahun mereka mengadakan pesta dan menggantungkan pakain indah dan perhiasan mewah ke pohon tersebut, kemudian mereka berkumpul di bawahnya. Faimayun dibelih oleh seorang tokoh Najran yang disegani. Sedangkan, sahabatnya dibeli oleh orang lain.
Faimayun kini tinggal di Najran bersama majikannya yang merupakan pemuka penduduk Najran. Setiap malam Faimayun mendirikan shalat tahajud dan bermunajat kepada Allah swt. Setiap, Faimayun Shalat kediaman majikannya itu terpancar cahaya yang terang benderang. Majikannya segera menanyakan agama yang dianut oleh budaknya itu.
"Aku menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan apa pun, Aku mengikuti Nabi Isa," jawab Faimayun "Tuan dan semua penduduk di sini tenggelam dalam kebatilan. Pohon kurma tersebut sama sekali tidak dapat mendatangkan manfaat dan bahaya. Jika saja bisa, pasti memohon kepada Tuhan yang ku sembah untuk mematikan pohon itu. Dia-lah Allah Yang Maha Esa dan tidak memiliki sekutu" tambah Faimayun.
"Jika ucapanmu benar, maka aku akan mengikutimu" ujar majikannya
Faimayun bangkit untuk berwudhu, mendirikan shalat dan memohon agar Allah swt memenangkan agama-Nya dengan mematikan pohon kurma yang didewakan oleh penduduk Najran. Malam itu juga Allah mengirimkan badai yang mencabut pohon kurma tersebut berikut akar-akarnya.
Melihat ucapan Faimayun terbukti, majikannya beserta sejumlah penduduk Najran menjadi pengikutnya. Setelah dibebaskan, Faimayun tinggal di sebuah tenda di luar kota Najran supaya bisa lebih konsentrasi beribadah kepada Allah swt.
No comments:
Post a Comment