Friday, 11 December 2015

Mengatasi Demam Berdarah dengan Tanaman Obat

Mengatasi Demam Berdarah dengan
Tanaman Obat

Departemen Kesehatan telah mengupayakan berbagai cara untuk mengatasi kasus ini, seperti memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan serta memberikan larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Namun, cara tersebut hingga kini belum memperlihatkan hasil yang memuaskan.

Pencegahan
Menurut data dari Direktorat Pemberantasan Penyakit Menular, Departemen Kesehatan, keberhasilan pencegahan penyakit DBD sangat bergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti/Aedes albopictus. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, seperti metode lingkungan, biologis, dan kimiawi. Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk A. Aegypti mencakup pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Cara lain yang dianggap efektif adalah dengan kombinasi yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu menutup, menguras, menimbun serta melakukan beberapa tindakan plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, dan memeriksa jentik secara berkala sesuai dengan kondisi setempat. Pengendalian biologis antara lain adalah menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) dan bakteri (Bt.H-14), serta menanam tanaman pengusir nyamuk seperti zodia, geranium, lavender, dan rosmeri. Tanaman pengusir nyamuk dapat ditanam di pekarangan atau di dalam rumah dengan menggunakan pot. Cara pengendalian kimiawi antara lain adalah dengan pengasapan, memberikan bubuk abate (temefos), menggunakan lotion antinyamuk, dan memasang aroma terapi dari minyak atsiri yang berkhasiat sebagai antinyamuk. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) telah memproduksi aroma terapi antinyamuk.

Pengobatan
Pengobatan yang umum bagi penderita demam berdarah adalah dengan cara penggantian  cairan tubuh, yaitu memberikan minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (air teh dan gula, sirup atau susu) serta pemberian gastroenteritis oral solution atau kristal diare, yaitu garam elektrolit (oralit), kalau perlu 1 sendok makan setiap 3-5 menit. Pengobatan yang selama ini diberikan
lebih bersifat menjaga dan mencegah kejadian lebih buruk. Untuk pengobatan kuratif secara formal masih terbatas.

Tanaman Obat Indonesia
Anti-DBD
Balittro sebagai balai yang memiliki mandat penelitian tanaman obat berupaya mencari jenis-jenis tanaman obat yang berkhasiat dalam mengobati penyakit DBD. Jenis tanaman obat yang terpilih ada lima, yaitu pepaya gandul, kunyit, temu ireng, meniran, dan jambu biji. Tanaman tersebut diramu sedemikian rupa, baik dalam bentuk simplisia kering, serbuk maupun sirup. Jenis tanaman tersebut dipilih berdasarkan manfaatnya dalam mengatasi penyebab penyakit DBD dan gejalanya. Tanaman tersebut sudah digunakan secara empiris sebagai obat tradisional, diketahui nama latin dan sistematikanya sehingga tidak salah dalam memilih jenis tanaman, diketahui kandungan zat berkhasiat dan golongan senyawa atau zat identitasnya, dan tanaman diproses sesuai dengan metode standar.
Meniran biasanya tumbuh liar di pinggiran kebun, pekarangan/ halaman rumah, atau pinggir jalan, dan merupakan gulma di lahan pertanian. Kunyit, temu ireng, pepaya, dan jambu biji bisa ditanam di halaman/pekarangan rumah sebagai tanaman obat keluarga atau apotik hidup.
Balittro telah mengeluarkan formula ramuan anti-DBD berupa simplisia maupun sirup. Ramuan tersebut terdiri atas daun pepaya tua 2 lembar, meniran 3-4 tanaman, daun jambu biji merah 2-3 lembar, kunyit 2-4 jari, temu ireng 2-3 buah, dan garam  secukupnya. Ramuan bisa digunakan dalam bentuk segar dengan cara ditumbuk atau diblender kemudian dicampur dengan satu gelas air putih. Ramuan diminum tiga kali sehari. Dapat pula digunakan dalam bentuk simplisia. Caranya, simplisia direbus dengan enam gelas air sampai menghasilkan tiga gelas, lalu air rebusan diminum tiga kali sehari, masingmasing satu gelas pada pagi, siang, dan malam hari. Manfaat dari masing- masing tanaman diuraikan berikut ini.
Pepaya (Carica papaya) Untuk ramuan DBD, digunakan daun pepaya jantan (pepaya gandul). Daun pepaya mengandung berbagai enzim seperti papain, karpain, pseudokarpain, nikotin, kontinin, miosmin, dan glikosida karposid. Manfaat empiris daun pepaya gandul adalah getah daun muda untuk obat pencahar, daunnya merangsang sekresi empedu serta sebagai obat sakit perut, demam malaria, dan penyakit cacing serta membantu proses pencernaan.
Daun pepaya sudah digunakan sebagai bahan ramuan obat di 23 negara dan mendapat prioritas sebagai tanaman obat utama menurut WHO.
Hasil penelitian mengenai khasiat daun pepaya menunjukkan bahwa papain pada daun pepaya memiliki efek terapi pada penderita inflamasi atau pembengkakan organ hati, mata, kelamin, dan usus halus. Pembengkakan organ hati ditemukan pada penderita demam berdarah. Di samping itu, daun pepaya juga memiliki aktivitas antioksidan, antikoagulan, serta menyembuhkan luka lambung dan usus.
Meniran (Phyllanthus niruri) Meniran memiliki khasiat sebagai obat antivirus. Senyawa yang ditemukan pada meniran antara lain adalah triterpenoid, flavoniod, tanin, alkaloid, dan asam fenolat. Secara empiris, rebusan daun meniran sering dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk mengobati penyakit hati, sebagai diuretik untuk hati dan ginjal, kolik, penyakit kelamin, obat batuk, ekspektoran, antidiare, seriawan/panas dalam, dan sebagai tonik lambung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meniran berfungsi menghambat DNA polimerase dari virus hepatitis B dan virus hepatitis sejenisnya, menghambat enzim reverse transcriptase dari retrovirus, sebagai antibakteri, antifungi, antidiare, dan penyakit gastrointestinal lainnya.
Meniran juga memiliki fungsi meningkatkan ketahanan tubuh penderita dengan cara memacu fagositosis sel makrofag, fungsi proliferatif limfosit T, antibodi IgM dan IgG, aktivitas hemolitik, sitotoksisitas sel NK, dan khemotaksis neutrofil dan makrofag.

Kunyit (Curcuma domestica)
Kunyit telah lama dimanfaatkan dalam ramuan obat tradisional untuk mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit, seperti stomakik, stimulan, karminatif, haematik, hepato-protektor, mengobati luka lambung dan ulser, sebagai pewarna makanan, bumbu, antispasmodik, antiimflamasi, gangguan pencernaan, dan sebagai insektisida, bahan kosmetik, dan antioksidan. Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri (turmeron, zingiberene) dan zat berkhasiat dari golongan kurkuminoid (kurkumin I, II, dan III). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kunyit memiliki aktivitas sebagai antimikroba (berspektrum luas), antivirus HIV, antioksidan, antitumor (menginduksi apostosis), menghambat perkembangan sel tumor payudara, antiinvasi sel kanker, antireumatoid artritis (rematik), dan untuk mengobati penyakit pencernaan (tukak lambung). Temu Ireng (Curcuma aeruginosa) Temu ireng telah banyak dimanfaatkan secara empiris untuk mengobati sel-sel hati yang rusak. Pada penderita demam berdarah, terjadi kerusakan sel-sel hati. Secara empiris temu ireng juga bermanfaat untuk mengobati kolik, luka lambung dan usus, asma, batuk, menambah nafsu makan, mempercepat
pengeluaran lokhia setelah melahirkan, mencegah obesitas, rematik, anthelmintik, dan sebagai sumber tepung. Temu ireng mengandung minyak atsiri (turmeron, zingiberene), kurkuminoid (kurkumin I, II, dan III) serta alkaloid, saponin, pati, damar, dan lemak. Jambu Biji (Psidium  guajava) Daun jambu biji sudah banyak dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional. Secara empiris, daun jambu biji bersifat antibiotik dan telah dimanfaatkan untuk antidiare, sedangkan buahnya untuk obat pencahar, tanin mempersempit urat darah. Daun jambu biji mengandung tanin, minyak atsiri, minyak lemak, dan minyak malat, sedangkan buahnya mengandung vitamin C yang tinggi. Hasil penelitian yang dikutip dari berbagai sumber menunjukkan daun jambu biji terbukti dapat menghambat aktivitas enzim reverse transcriptase dari virus dengue, tanin menghambat enzim reverse transcriptase maupun DNA polymerase dari virus serta  menghambat pertumbuhan virus yang berinti DNA maupun RNA. Hasil uji klinis menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kering daun jambu biji selama 5 hari mempercepat pencapaian jumlah trombosit >100.000/μl, pemberian ekstrak kering setiap 4-6 jam meningkatkan jumlah trombosit >100.000/μl setelah 12-14 jam, tanpa menimbulkan efek samping yang berarti.
Dengan demikian, ekstrak daun jambu biji dapat digunakan untuk pengobatan kuratif demam berdarah. Beragam tanaman obat dapat digunakan untuk mengatasi penyakit demam berdarah, baik berupa simplisia, serbuk, maupun sirup. Masih diperlukan penelitian untuk menghasilkan obat yang teruji mutu, keamanan, dan khasiatnya agar bisa dikembangkan sebagai obat fitofarmaka dan dimanfaatkan dalam pengobatan formal penyakit demam berdarah 

No comments:

Post a Comment