Mengatasi Demam Berdarah dengan
Tanaman Obat
Departemen Kesehatan telah
mengupayakan berbagai cara untuk mengatasi kasus ini, seperti memberantas
nyamuk dewasa melalui pengasapan serta memberikan larvasida pada tempat
penampungan air yang sulit dibersihkan. Namun, cara tersebut hingga kini belum
memperlihatkan hasil yang memuaskan.
Pencegahan
Menurut data dari
Direktorat Pemberantasan Penyakit Menular, Departemen Kesehatan, keberhasilan pencegahan
penyakit DBD sangat bergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes
aegypti/Aedes albopictus. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa metode, seperti metode lingkungan, biologis, dan
kimiawi. Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk A.
Aegypti mencakup pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi
tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain
rumah. Cara lain yang dianggap efektif adalah dengan kombinasi yang disebut
dengan “3M Plus”, yaitu menutup, menguras, menimbun serta melakukan beberapa tindakan
plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan
kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan
repellent, memasang obat nyamuk, dan memeriksa jentik
secara berkala sesuai dengan kondisi setempat. Pengendalian biologis antara lain
adalah menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) dan bakteri
(Bt.H-14), serta menanam tanaman pengusir nyamuk seperti zodia, geranium,
lavender, dan rosmeri. Tanaman pengusir nyamuk dapat ditanam di pekarangan atau
di dalam rumah dengan menggunakan pot. Cara pengendalian kimiawi antara lain
adalah dengan pengasapan, memberikan bubuk abate (temefos), menggunakan lotion
antinyamuk, dan memasang aroma terapi dari minyak atsiri yang
berkhasiat sebagai antinyamuk. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro)
telah memproduksi aroma terapi antinyamuk.
Pengobatan
Pengobatan yang umum bagi
penderita demam berdarah adalah dengan cara penggantian cairan tubuh, yaitu memberikan minum 1,5-2
liter dalam 24 jam (air teh dan gula, sirup atau susu) serta pemberian gastroenteritis
oral solution atau kristal diare, yaitu garam elektrolit (oralit),
kalau perlu 1 sendok makan setiap 3-5 menit. Pengobatan yang selama ini diberikan
lebih bersifat menjaga dan mencegah kejadian
lebih buruk. Untuk pengobatan kuratif secara formal masih terbatas.
Tanaman Obat Indonesia
Anti-DBD
Balittro sebagai balai
yang memiliki mandat penelitian tanaman obat berupaya mencari jenis-jenis
tanaman obat yang berkhasiat dalam mengobati penyakit DBD. Jenis tanaman obat
yang terpilih ada lima, yaitu pepaya gandul, kunyit, temu ireng, meniran, dan
jambu biji. Tanaman tersebut diramu sedemikian rupa, baik dalam bentuk
simplisia kering, serbuk maupun sirup. Jenis tanaman tersebut dipilih berdasarkan
manfaatnya dalam mengatasi penyebab penyakit DBD dan gejalanya. Tanaman
tersebut sudah digunakan secara empiris sebagai obat tradisional, diketahui nama
latin dan sistematikanya sehingga tidak salah dalam memilih jenis tanaman,
diketahui kandungan zat berkhasiat dan golongan senyawa atau zat identitasnya,
dan tanaman diproses sesuai dengan metode standar.
Meniran biasanya tumbuh
liar di pinggiran kebun, pekarangan/ halaman rumah, atau pinggir jalan, dan
merupakan gulma di lahan pertanian. Kunyit, temu ireng, pepaya, dan jambu biji
bisa ditanam di halaman/pekarangan rumah sebagai tanaman obat keluarga atau apotik
hidup.
Balittro telah
mengeluarkan formula ramuan anti-DBD berupa simplisia maupun sirup. Ramuan tersebut
terdiri atas daun pepaya tua 2 lembar, meniran 3-4 tanaman, daun jambu biji
merah 2-3 lembar, kunyit 2-4 jari, temu ireng 2-3 buah, dan garam secukupnya. Ramuan bisa digunakan dalam bentuk
segar dengan cara ditumbuk atau diblender kemudian dicampur dengan satu gelas
air putih. Ramuan diminum tiga kali sehari. Dapat pula digunakan dalam bentuk
simplisia. Caranya, simplisia direbus dengan enam gelas air sampai menghasilkan
tiga gelas, lalu air rebusan diminum tiga kali sehari, masingmasing satu gelas
pada pagi, siang, dan malam hari. Manfaat dari masing- masing tanaman diuraikan
berikut ini.
Pepaya (Carica
papaya) Untuk ramuan DBD, digunakan daun pepaya jantan (pepaya gandul). Daun
pepaya mengandung berbagai enzim seperti papain, karpain, pseudokarpain, nikotin,
kontinin, miosmin, dan glikosida karposid. Manfaat empiris daun pepaya gandul
adalah getah daun muda untuk obat pencahar, daunnya merangsang sekresi empedu
serta sebagai obat sakit perut, demam malaria, dan penyakit cacing serta membantu
proses pencernaan.
Daun pepaya sudah digunakan sebagai bahan ramuan
obat di 23 negara dan mendapat prioritas sebagai tanaman obat utama menurut WHO.
Hasil penelitian mengenai
khasiat daun pepaya menunjukkan bahwa papain pada daun pepaya memiliki efek
terapi pada penderita inflamasi atau pembengkakan organ hati, mata, kelamin,
dan usus halus. Pembengkakan organ hati ditemukan pada penderita demam berdarah.
Di samping itu, daun pepaya juga memiliki aktivitas antioksidan, antikoagulan,
serta menyembuhkan luka lambung dan usus.
Meniran (Phyllanthus
niruri) Meniran memiliki khasiat sebagai obat antivirus. Senyawa yang
ditemukan pada meniran antara lain adalah triterpenoid, flavoniod, tanin, alkaloid,
dan asam fenolat. Secara empiris, rebusan daun meniran sering dimanfaatkan
sebagai obat tradisional untuk mengobati penyakit hati, sebagai diuretik untuk hati
dan ginjal, kolik, penyakit kelamin, obat batuk, ekspektoran, antidiare,
seriawan/panas dalam, dan sebagai tonik lambung. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa meniran berfungsi menghambat DNA polimerase dari virus hepatitis B dan
virus hepatitis sejenisnya, menghambat enzim reverse
transcriptase dari retrovirus, sebagai antibakteri, antifungi,
antidiare, dan penyakit gastrointestinal lainnya.
Meniran juga memiliki
fungsi meningkatkan ketahanan tubuh penderita dengan cara memacu fagositosis sel
makrofag, fungsi proliferatif limfosit T, antibodi IgM dan IgG, aktivitas
hemolitik, sitotoksisitas sel NK, dan khemotaksis neutrofil dan makrofag.
Kunyit (Curcuma domestica)
Kunyit telah lama dimanfaatkan dalam ramuan obat
tradisional untuk mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit, seperti stomakik,
stimulan, karminatif, haematik, hepato-protektor, mengobati luka lambung dan
ulser, sebagai pewarna makanan, bumbu, antispasmodik, antiimflamasi, gangguan
pencernaan, dan sebagai insektisida, bahan kosmetik, dan antioksidan. Rimpang
kunyit mengandung minyak atsiri (turmeron, zingiberene) dan zat berkhasiat dari
golongan kurkuminoid (kurkumin I, II, dan III). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kunyit memiliki aktivitas sebagai antimikroba (berspektrum luas), antivirus
HIV, antioksidan, antitumor (menginduksi apostosis), menghambat perkembangan sel
tumor payudara, antiinvasi sel kanker, antireumatoid artritis (rematik), dan
untuk mengobati penyakit pencernaan (tukak lambung). Temu Ireng (Curcuma
aeruginosa) Temu ireng telah banyak dimanfaatkan secara
empiris untuk mengobati sel-sel hati yang rusak. Pada penderita demam berdarah,
terjadi kerusakan sel-sel hati. Secara empiris temu ireng juga bermanfaat untuk
mengobati kolik, luka lambung dan usus, asma, batuk, menambah nafsu makan,
mempercepat
pengeluaran lokhia setelah melahirkan, mencegah
obesitas, rematik, anthelmintik, dan sebagai sumber tepung. Temu ireng
mengandung minyak atsiri (turmeron, zingiberene), kurkuminoid (kurkumin I, II,
dan III) serta alkaloid, saponin, pati, damar, dan lemak. Jambu Biji (Psidium
guajava) Daun
jambu biji sudah banyak dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional. Secara
empiris, daun jambu biji bersifat antibiotik dan telah dimanfaatkan untuk
antidiare, sedangkan buahnya untuk obat pencahar, tanin mempersempit urat
darah. Daun jambu biji mengandung tanin, minyak atsiri, minyak lemak, dan
minyak malat, sedangkan buahnya mengandung vitamin C yang tinggi. Hasil penelitian
yang dikutip dari berbagai sumber menunjukkan daun jambu biji terbukti dapat menghambat
aktivitas enzim reverse transcriptase dari
virus dengue, tanin menghambat enzim reverse transcriptase maupun DNA
polymerase dari virus serta menghambat pertumbuhan virus yang berinti DNA
maupun RNA. Hasil uji klinis menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kering daun
jambu biji selama 5 hari mempercepat pencapaian jumlah trombosit >100.000/μl,
pemberian ekstrak kering setiap 4-6 jam meningkatkan jumlah trombosit >100.000/μl
setelah 12-14 jam, tanpa menimbulkan efek samping yang berarti.
Dengan demikian, ekstrak daun jambu biji dapat
digunakan untuk pengobatan kuratif demam berdarah. Beragam tanaman obat dapat digunakan
untuk mengatasi penyakit demam berdarah, baik berupa simplisia, serbuk, maupun
sirup. Masih diperlukan penelitian untuk menghasilkan obat yang teruji mutu,
keamanan, dan khasiatnya agar bisa dikembangkan sebagai obat fitofarmaka dan
dimanfaatkan dalam pengobatan formal penyakit demam berdarah
No comments:
Post a Comment